EARNED IT Chapter VI

NOTE:

Untuk yang belum membaca chapter sebelum-sebelumnya, silakan klik link dibawah.

EARNED IT LIST CHAPTER 🙂

 

Selamat Membaca ^_^

.

.

.

earned it

“Selamat malam semuanya! Maafkan atas keterlambatan kami.” suara Siwon yang cukup besar membuat Jongsuk yang sejak beberapa menit berdiri di depan pintu ruangan VVIP yang sudah ia pesan mulai mengalihkan perhatiannya pada salah satu tamu penting yang ia tunggu kehadirannya sejak tadi.

“Ah Tuan Choi akhirnya kau datang juga.” Sapa salah satu pria terkaya di kawasan Asia menurut salah satu majalah terkenal di seluruh dunia, Forbers dan Tines.

“Tuan Kwon mohon maafkan kami. Oh ya izinkan Saya mengenalkan pada Anda wanita cantik disamping Saya yang Saya yakin Anda sudah tidak asing lagi.” Balas Siwon dengan antusias dan penuh kebanggaan pada Jongsuk yang mengangguk mengerti dengan apa yang coba dimainkan oleh pria di samping Jessica.

“Tentu saja! Siapa yang tidak mengenal Jessica Jung?” Senyuman tampan yang Jongsuk berikan pada Jessica, entah mengapa itu terasa familiar. Ia seperti sudah pernah melihatnya dari seseorang yang cukup berkesan baginya, meskipun ia tidak tahu kesan baik atau buruk yang ditinggalkan orang itu padanya.

“Kwon Jongsuk, senang bisa bertemu denganmu, Nona Jung.” Ucap Jongsuk cukup antusias dengan kilatan semangat dan kegembiraaan yang sejujurnya terasa aneh bagi Jessica.

‘Ada apa dengan pria ini?’ tanya Jessica dalam hatinya mengamati Jongsuk yang kini terlihat begitu asik berbicara sesuatu dengan Siwon namun kedua mata hitam keabuan itu tak berhenti melepaskan tatapannya darinya. Melihat itu membuat Jessica sedikit bergidik. Ia segera memegang lengan Siwon yang mulai berhenti berbicara dengan Jongsuk yang tersenyum terlihat begitu terhibur hanya dengan melihat dirinya.

“Ada apa Jess?” Tanya Siwon sedikit memaksakan senyumnya. Ia sedang membicarakan sesuatu yang cukup penting dan Jessica tiba-tiba menarik-narik kain tux di lengannya yang mau tidak mau segera memberikan perhatiannya pada gadis yang terlihat begitu aneh saat ini.

“Aku…” Jessica sedikit berbisik namun Jongsuk menangkap pandangannya dan membuat apapun yang ingin diucapkannya entah kenapa terhenti.

“Kau sudah lapar Nona Jung? Ah ya.. lebih baik kita masuk ke dalam, tamu lainnya juga pasti sudah menunggu.” Masih dengan senyum tampan dan karismatiknya yang entah mengapa begitu aneh bagi Jessica, Jongsuk membawanya dan Siwon masuk keruangan yang akan menjadi kejutan lain baginya, sepertinya :p

.

.

.

‘Dia….’ Langkah Jessica terhenti tak kala melihat pemandangan yang baru saja tersaji dihadapannya.

“Oh Tuhan…” kata itu terselip dengan begitunya ketika Jessica melihat pria tampan lainnya yang baru saja bertemu dengannya kemarin.

“Ah.. Nona Jung!” pria itu segera bangkit dari kursinya dan segera menghampiri Jessica yang masih mematung di tempatnya.

“Kau terlihat begitu cantik malam ini, as expected.” Mata hijau emerald itu tak berhenti menatap Jessica sedangkan bibirnya kini sudah mencium puncak tangan Jessica yang sekali lagi berhasil terbius dalam pesona dan karisma pria yang baru saja kemarin ditemuinya. Semua tentang pria dihadapannya ini, entah kenapa begitu mudah membuatnya kehilangan fokus pada apapun yang sedang dilakukannya.

‘Gosh! He can be the dead of me! I have to be carefull’ pikir Jessica yang segera sadar dari lala land-nya.

“Oh.. kalian sepertinya sudah saling mengenal rupanya.” Momen seperti dalam dunia dongeng itu terhenti ketika suara Jongsuk menghacurkan semuanya.

“Kami bertemu kemarin siang, Appa.” Jawab Julian dengan penuh hormat pada Jongsuk yang entah kenapa tersenyum puas pada putranya itu.

“Jessica kemarin menggantikanku untuk menemuimu, Tuan Kwon. Aku tidak tahu bahwa Julianlah yang bertemu dengan Jessica.” Siwon kini yang berbicara.

“Well.. kemarin ada urusan sangat mendadak sehingga dengan sangat menyesal aku harus meminta tolong pada  putra tertuaku ini.”

“Tertua?” kini giliran Jessica yang bersuara setelah sekian lama ia terdiam mendengar pria-pria kelas atas ini berbicara. Mengerti dengan pertanyaan itu, Jongsuk tersenyum. Ia mengalihkan tatapannya pada Jessica yang membalasnya dengan rasa tanya dan penasaran yang jelas terlihat di paras cantiknya.

“Julian adalah putra pertamaku. Adiknya memiliki jiwa petualang yang tinggi sehingga cukup sulit untuk menangani beberapa bisnisku di Seoul.” Jawab Jongsuk masih dengan kebanggaan dan harga diri yang tidak pernah lepas dari pembawaannya.

“Wow.. aku baru mengetahuinya Tuan Kwon. Aku kira Anda hanya memiliki Julian.” Siwon juga sepertinya tidak mengetahui bahwa Jongsuk memiliki putra lain selain Julian.

“Hahhaa.. kau benar Tuan Choi. Well adiknya sedikit malu untuk tampil di publik, tidak seperti kakaknya. Lagipula selama ini dia menangani bisnis kami di luar Korea.”

“Dia terdengar secretive sekali Tuan Kwon.” Kali ini Jessica ikut berkomentar.

“Hahaha.. bukankah setiap Kwon seperti itu? Kau bisa melihatnya nanti didalam. Kebetulan sekali dia bisa ikut dalam makan malam kita hari ini Nona Jung.” Jongsuk berucap sembari membawa tamu-tamunya untuk berjalan memasuki ruangan mereka. Siwon dan Jongsuk sudah berjalan lebih dulu sementara Jessica masih terdiam bersama Julian yang berdiri disampingnya, masih dengan senyuman tampan dan gentlemannya. Ia akan membawa Jessica untuk berjalan bersamanya tapi wanita disampingnya itu masih terdiam dengan pandangan kosong dan penuh kebingungan.

“Nona Jung.. mereka sudah menunggu kita.” Suara itu berbicara pada Jessica yang segera bangun dari lamunannya.

“Tuan Kwon…” ucap Jessica yang terdengar seperti sebuah bisikan ketika wajah Julian kini semakin dekat dengannya.

“Panggil aku Julian.” Wajah mereka kini sudah sangat dekat. Jessica bisa merasakan harum mint dan lemon dari nafas pria dihadapannya yang terlihat begitu memabukan baginya. Merasa perlu untuk keluar dari pesona memabukan itu, Jessica segera menjauhkan wajahnya, sedikit menjaga jarak dari Julian yang malah tertawa kecil dalam diamnya. Kepala itu segera Jessica gelengkan.

‘Bangun dan sadarlah Jessica. Kau tidak boleh membiarkan pesonanya mengontrolmu. Ingat! Kau adalah Jessica Jung. Semua orang terpikat oleh pesona dan karismamu, bukan sebaliknya.’ Sisi lain dalam pikiran Jessica berkata.

“Euhm Julian.. apa kalian memang seperti itu?” kalimat tanya itu terlontar setelah Jessica berhasil memperoleh ketenangannya kembali.

“Apa maksudmu?” Jessica bersumpah apapun tentang Julian terlihat begitu tampan, mempesona, memikat dan sempurna baginya bahkan ketika pria bermarga Kwon itu menaikan alis kanannya dan menyipitkan mata kirinya dalam sebuah tanya.

“Secretive and… enchanting.” Ungkap Jessica yang segera menutup mulutnya menyadari kebodohan yang baru saja ia ucapkan.

“Terimakasih Nona Jung atas pujiannya. Pria di keluarga kami memang memiliki pembawaan seperti yang telah kau sebutkan tadi. Kami dididik untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik.” Tak ada kesombongan yang terdengar dari nada bicara Julian. Semuanya terdengar seperti sebuah kalimat biasa namun jelas mengintimidasi siapapun yang mendengarnya.

“Tuan Kwon, bukankah itu terdengar seperti menyombongkan diri?” Tanya Jessica dalam humornya.

“Ah benarkah? Tapi itu semua adalah fakta dan kau akan segera melihatnya malam ini.” Mata hijau emeraldnya itu kembali menatap Jessica begitu dalam hingga ia bisa merasakan jantungnya berdetak begitu kencang.

“Apa maksudmu?” desisan itu keluar dari bibir Jessica yang masih berusaha menenangkan hatinya.

“Miss Jung, You’ll see that we are, The Kwons, more than secretive and enchanting as you thought.” Dan bisikan yang baru saja Julian berikan padanya, Jessica jelas sekali mengerti bagaimana hatinya tidak akan selamat jika ia selalu berada dekat dengan pria nyaris sempurna ini.

.

.

.

“Silakan Nona Jung.” Jessica segera melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang menjadi tujuan utama malam ini.

“Oh My..” kata itu terucap begitu saja ketika kedua mata Jessica menemukan sesuatu yang tidak ia duga bisa ada disini.

Duduk di sebelah kanan ujung meja makan megah dan mewah adalah Yoona, asisten pribadinya yang terlihat begitu tampan dalam balutan tux yang senada dengan gaun Tiffany. Ya.. Matanya membulat  dan membesar mengetahui wanita yang dicintai oleh calon suaminya itu duduk di samping mantan asisten pribadinya, terlihat begitu bahagia dengan semua perhatian yang Yoona berikan padanya.

Tunggu… mengapa Yoona bisa ada disini? Dan bagaimana pria menyebalkan itu bisa terlihat begitu tampan dengan pakaian simple yang melekat di tubuhnya?

Tunggu… jangan bilang bahwa pria menyebalkan, sok pintar, perfeksionis, tampan dan tidak bertanggung jawab itu adalah..

“Jess? Kau kena..” Siwon tak bisa melanjutkan kata-katanya ketika melihat wanita yang selama ini begitu ia inginkan sedang bermesraan dengan pria lain.

“Oppa… dia.. dan Tiff..” ucapan Jessica terpotong ketika Jongsuk sudah berdiri disamping Jessica masih dalam pembawaannya yang karismatik dan berwibawa.

“Ah.. dia adalah putra keduaku Nona Jung, Kwon Yoonan dan kekasihnya, Nona Tiffany Hwang.” Rasa bangga itu terdengar sekali dari ucapan Jongsuk. Ia hanya tersenyum kecil melihat ekspresi terkejut, bingung dan bodoh yang ditunjukan kedua tamunya.

“Yoong!” Jongsuk terdengar sedikit berteriak memanggil putranya yang terlihat masih begitu asik memanjakan wanita disampingnya. Yoong dan Tiffany, mereka berdua terlihat seperti berada di dunia mereka sendiri sehingga sejak tadi tidak menyadari bahwa Jessica, Siwon, Julian dan Jongsuk sudah hadir bersama mereka.

“Oh Appa!” Yoonan segera berdiri dan melihat ke arah suara yang memanggilnya. Senyumnya muncul ketika melihat ekspresi wajah Jessica yang terlihat begitu terkejut dan bingung melihatnya berada disini, bersama Tiffany yang diam mematung melihat Jessica dan Siwon.

“Yoong..” Tiffany segera mengalihkan pandangannya pada sang kekasih yang hanya tersenyum terlihat begitu terhibur memandangi Jessica dan Siwon yang terlihat begitu terkejut.

“Yes, honey?” Tatapan Tiffany malah semakin dalam setelah mendengar ucapan pria disampingnya yang terlihat masih tenang dengan senyuman yang begitu tampan bagi siapapun yang melihatnya.

“Fany-ah.. aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti. Kau percaya padaku kan?” Kedua mata Tiffany dan Yoonan kini beradu. Melihat tatapan yang Yoonan berikan padanya, Tiffany pun mengangguk. Ia tahu bahwa kekasihnya itu tidak akan menyembunyikan hal apapun jika sudah berkata seperti tadi.

.

.

.

“Dasar Penipu!” suara itu segera mendapat perhatian Yoonan yang segera mengalihkan pandangannya pada wanita yang sedang berdiri tak cukup jauh darinya. Untung saja Tiffany sedang berada di kamar kecil sehingga kekasihnya itu tidak mendengar apa yang baru saja Jessica ucapkan padanya.

“Maaf? Apa kau berkata sesuatu Nona Jung?” masih dengan pembawaannya yang tenang, Yoonan membalas apa yang Jessica lontarkan padanya.

“Kau Lim Yoona.. Oh tidak! Kau Kwon Yoonan adalah penipu yang sangat ulung. Kau menyamar sebagai sebagai bodyguard dan manajerku. Untuk apa kau melakukan semua itu heuh?!!!” amarah itu jelas sekali terlihat di wajah Jessica. Ia mendorong dada Yoonan sedikit keras sehingga pria bermata kijang itu terlihat sedikit goyah dan terhuyung ke belakang.

“Wow! Tenagamu besar juga Nona Jung! Aku tidak heran kau memiliki kekuatan sebesar itu, makanmu saja sudah lebih dari porsi makan seekor beruang.”

“Kau!!!!” wajah Jessica semakin merah padam menatap pria dihadapannya yang malah terlihat terhibur dan tidak takut sekali dengan amarah dan emosi yang Jessica coba tunjukan padanya.

Sementara itu di dekat pintu keluar toilet wanita….

“Tiff..” panggilan itu menghentikan langkah kaki wanita yang segera menoleh ke sumber suara yang memanggilnya tadi.

“Apa yang kau lakukan disini, Oppa?” rengut Tiffany masih dalam balutan tata rias cantiknya.

“Euh.. tentu aku habis dari kamar mandi.” Siwon berucap dengan senyum canggung dan bodohnya.

“Benarkah?” sipit Tiffany pada pria yang berdiri didepannya masih terlihat tampan.

“Tiff.. sebenarnya ada yang ingin kutanyakan. Apa yang kau lakukan disini?”

“Tentu saja aku habis dari kamar mandi Oppa.”

“Oh Tuhan… bukan itu maksudku. Mengapa kau tadi berada di ruangan jamuan bersama putra kedua Kwon Jongsuk?”

“Bukankah tadi Tuan Kwon sudah bilang bahwa aku adalah kekasih putranya?”

“Jadi benar? Tapi kau dan Taeyeon… kukira kalian…” ucapan itu terhenti ketika Tiffany dengan segera berjalan meninggalkan Siwon.

“Oppa maaf, tapi sepertinya kekasihku sudah menungguku, aku permisi.”

“Tiff!!” Panggil Siwon pada wanita yang terus berjalan tak menghiraukan panggilannya.

.

.

.

“Jess, mengapa kau terlihat kesal sekali?” Siwon baru saja kembali dari kamar kecil dan melihat teman wanitanya itu terlihat seperti ingin membunuh seseorang.

“Oppa apa kau juga ikut terlibat bersamanya?” tanya Jessica dengan tatapan tajamnya.

“Apa maksudmu?”

“Kau.. juga ikut membohongiku bersama si brengsek itu?” Jessica kini memberikan tatapan membunuhnya pada Yoonan yang masih duduk bersama kekasihnya. Kebetulan jarak kursi Jessica dan Siwon cukup jauh dari Yoonan dan Tiffany sehingga percakapan keduanya tidak terdengar.

“Tentu saja tidak! Aku saja baru tahu kalau si lucky bastard itu adalah kekasih Tiffany. Damn!”  Kesal Siwon yang membuat Jessica entah mengapa malah ingin tertawa mendengarnya.

“Oppa.. sepertinya kau memang tidak berjodoh dengan Tiffany.” Ucap Jessica diiringi dengan tawa keringnya yang penuh humor.

“Jess!” desis Siwon pada wanita disampingnya yang masih puas dalam tawanya.

Sementara itu di sisi lain meja makan….

“Sayang.. kau yakin baik-baik saja?” wajah Yoonan terlihat begitu pucat dengan keringat dingin yang masih mengalir dari dahinya. Sebagai kekasih yang baik, Tiffany masih merawat prianya itu dengan menyeka dan mengelap bagian-bagian berkeringat di wajah tampan kekasihnya yang sepertinya kelihatan kesakitan sekali.

“Yahh!!!!” dengan refleks Jessica menendang ‘sahabat dan masa depan’ Yoonan cukup keras.

“Awww!” teriakan itu menandakan rasa sakit luar biasa yang coba Yoonan tahan. Rasanya semua makanan yang tadi dimakannya akan keluar. Kepalanya pusing luar biasa.

“Rasakan! Pria penipu sepertimu pantas menerima itu!” masih dengan amarahnya Jessica berkata, tak peduli dengan Yoonan  yang terlihat begitu kesakitan terjatuh ke  lantai.

“Ka.. kau…” dalam sakitnya Yoonan berkata.

“Aku sungguh kasihan pada Tiffany karena dia memacari pria penuh dengan kepalsuan sepertimu!”

“Hei.. ja..ga o..mo..ngan..mu” masih terbata-bata Yoonan membalas ucapan wanita yang terlihat tak berdosa kini ikut terduduk dihadapannya.

“Aku? Kau yang harusnya menjaga kejujuranmu, Tuan Kwon!”

“Apa kata…”

PLAK

Tamparan itu dengan cepatnya menyapa pipi kanan Yoonan yang terdiam tak bisa menghindar.

“Permisi, aku ingin mencuci tanganku dari wajahmu yang kotor dan menyebalkan itu!” dengan itu Jessica berdiri dan berjalan meninggalkan Yoonan yang terlihat akan meledak dengan emosinya saat itu juga.

 

“Aku baik-baik saja, Fany-ah.” Tapi jika kalian mendengar suara Yoonan saat ini, maka kalian pasti akan mengernyitkan kening kalian. Jelas sekali pria bermarga ganda itu tidak baik-baik saja.

“Baiklah. Coba minum ini..” air mineral itu Tiffany tegukan pada sang kekasih yang menerimanya dengan baik.

“Terimakasih Sayang. Kau membuatnya menjadi lebih baik.” Meskipun masih terlihat kesakitan, tapi setidaknya mata kijang favorit milik pria disampingnya itu tidak semenyakitkan tadi kelihatannya.

“Kembali kasih. Tapi Yoong.. sepertinya kau harus menceritakan padaku mengapa Siwon dan Jessica ada disini.” Tiffany memberikan tatapan tegasnya pada sang kekasih yang sedikit berpikir mendengar ucapannya tadi.

“Ah itu.. tentu saja aku akan menceritakannya Sayang, tapi tidak sekarang.” Bujuk Yoonan dengan senyum tampannya yang terlihat dipaksakan sekali.

“Janji?” Yoonan terlihat gemas sekali melihat wajah puppy yang Tiffany berikan padanya sehingga ia tak kuasa menahan bibirnya untuk mengecup milik sang kekasih yang malah tertawa geli menerima kecupan-kecupan ringan itu di sebagian wajahnya.

“Yoong.. kau ini…” Masih dalam tawanya Tiffany berusaha menghentikan serangan kecupan dari prianya.

“Aku janji Sayang, demi wajahku yang tampan ini.” Ucap Yoonan sebelum akhirnya mengubah kecupan itu menjadi bentuk intimasi lain yang berhasil membuat Tiffany sedikit kesulitan untuk bernafas sementara dua orang yang melihat mereka, Jessica dan Siwon, terlihat seperti akan meledak dengan amarah saat melihat kemesraan yang ditujukan oleh kedua sejoli itu.

.

.

.

“Selamat malam semuanya!” suara lain terdengar membuat semua mata kini tertuju pada sumber suara tersebut. Dari kejauhan bisa terlihat Jongsuk berjalan bersama seorang pria yang sepertinya seumuran dengannya. Di belakang mereka, berjalan Julian dan seorang gadis cantik yang sepertinya terlihat familiar bagi kedua orang yang segera terhenyak ketika melihat gadis cantik dan pria asing yang baru saja memasuki ruangan mereka.

“Mohon maafkan keterlambatan kami, Tuan dan Nyonya.. euhm.. maksudku Nona.” Berdiri dengan gagah dan karismatik seorang Keenan Jung yang sontak membuat Jessica mematung di tempatnya.

‘Daddy… Soojung-ah…’ hati Jessica mencelos melihat ayahnya kini sudah berhadapan dengannya, masih dengan arogansi dan aura otoritas tinggi yang membuat siapapun pasti akan merasa terintimidasi jika baru pertama kali melihatnya. Sedangkan adiknya terlihat semakin cantik, anggun dan berkelas sama seperti sang ibu yang telah berpulang sejak beberapa tahun yang lalu.

“Wah.. Tuan Jung, sepertinya kau sungguh mempesona sehingga Nona Jung bisa terdiam seperti itu.” Ucap Jongsuk dalam humornya.

“Tuan Kwon.. putriku memang seperti itu, cukup berbeda dengan putri bungsuku.” Keenan membawa sang putri yang tadi sedikit tertutup oleh tubuh Julian untuk berdiri disampingnya.

“Ladies and gentleman, perkenalkan putri keduaku, Jung Soojung.” Dengan itu seorang wanita cantik yang sejak tadi berdiri disamping Julian mulai melangkah kedepan dan bersiap mengenalkan dirinya.

“Selamat Mala..” kata itu tak mampu terucap ketika mata Soojung bertemu dengan sepasang mata kijang polos yang terlihat sama terkejut sepertinya.

“Sayang?” Keenan menolehkan pandangannya pada sang putri yang malah terdiam melihat seorang pria yang cukup familiar dengannya, sangat familiar sebenarnya.

“Soojung-ah..” suara ayahnya yang berat dan tegas itu seakan menampar pikiran Soojung yang terlihat masih berusaha mengembalikan lagi ketenangannya.

“Kau baik-baik saja?” pertanyaan itu membuat Soojung segera menatap sang ayah yang terlihat penasaran dan khawatir.

“Aku baik-baik saja Daddy.” Ucap Soojung berusaha terlihat tidak terganggu dengan pria yang masih menatapnya dalam diam dengan tatapannya yang begitu dalam.

“Baguslah. Kalau begitu lanjutkan perkenalanmu lagi.” Keenan tersenyum dan menepuk punggung Soojung pelan, memberi semangat pada sang putri yang terlihat berbeda setelah melihat seseorang di acara ini.

“Selamat malam semua. Aku adalah Jung Soojung, putri kedua Keenan Jung dan adik dari.. Jessica Jung.” Ucap Soojung dengan senyum khasnya yang cantik, dingin dan memikat.

=== EARNED IT ===

“Yoong… ada apa denganmu sebenarnya?” Tiffany duduk di depan meja riasnya, mulai melepaskan aksesoris yang memperindah tampilannya di makan malam yang entah mengapa malah membuat mood-nya menjadi kurang baik.

“Sayang.. aku tidak mengerti dengan pertanyaanmu.” Yoonan masih berjalan menghampiri sang kekasih yang terlihat kesal dengannya dan sepertinya ia tahu kenapa.

“Kau benar-benar tidak mengerti?” pertanyaan itu mengingatkan Yoonan pada jamuan makan malam mereka tadi.

“Yoong.. kemarilah. Aku ingin kau mengenalkan dirimu pada Nona Jung.” Jongsuk berjalan membawa Yoonan untuk menemui Soojung yang sedang sendiri menikmati cocktailnya.

“Kwon Yoonan. Senang.. bisa bertemu denganmu.” Tangan itu Yoonan julurkan pada gadis yang malah menatapnya dalam diam dengan sebuah kerinduan yang sangat terasa.

‘lagi.’ Ucap Yoonan dalam hatinya.

“Soojung. Senang bisa mengenalmu..” merasa suasana menjadi canggung, juluran tangan itu segera Soojung jabat.

‘lagi’ Soojung berkata dalam hatinya.

“Wohoho.. Yoong, kau bisa melepas tangan  Soojung sebelum Tiffany melihatnya dan menjadi cemburu.” Komentar Jongsuk yang masih mengamati Soojung dan Yoonan.

“Tiffany?” tanya Soojung yang tidak mengerti dengan maksud ucapan ayah mantan kekasihnya itu.

“Oh ya.. tunggu sebentar, aku akan membawanya kesini dan mengenalkannya padamu Soojung-shi.” Jongsuk tersenyum kecil sebelum bergegas pergi meninggalkan kedua insan yang terjebak dalam kecanggungan yang tidak mereka buat sendiri.

.

.

.

“Bagaimana kabarmu?” pertanyaan itu membuat Soojung menghentikan tatapannya pada Yoonan yang tersenyum kecil padanya.

“Bagaimana denganmu, Oppa?” sendu itu tak bisa tertutupi oleh keindahan dan kepolosan mata kijang dihadapannya yang masih menatapnya dengan intensitas yang sama.

“Aku bertanya padamu, Krys..” dalam tawa renyahnya Yoonan berkata meskipun kesenduan itu masih jelas terlihat dari wajahnya. Tanpa sadar Yoonan telah mengucapkan sesuatu yang mengingatkan sesuatu bagi mereka berdua.

“Krys?” mata Soojung menyipit penuh dengan rasa humor dan penasaran yang sebenarnya ia ketahui penyebabnya.

“Euhm.. Soojung-shi, itu maksudku. Dan aku baik-baik saja.” Soojung tersenyum kecil dalam sendunya mendengar ucapan itu.

“Syukurlah. Aku juga baik-baik saja, Yoonan-shi.”

“Wah.. kalian sepertinya sudah mulai akrab ya!” Jongsuk berbicara sembari berjalan bersama Tiffany mendekati Yoonan dan Soojung yang segera mencoba mengembalikan ketenangan mereka.

“Hallo Soojung-shi. Aku Tiffany Hwang, senang bisa berkenalan secara langsung denganmu.” Dengan ramahnya Tiffany menyapa gadis dihadapannya dan mulai mengenalkan dirinya. Yoonan bisa melihat senyum lemah yang berusaha Soojung berikan pada kekasihnya.

“Dia adalah kekasih Yoonan, Soojung-shi. Bukankah mereka serasi? Aku tidak sabar menunggu mereka mengumumkan pernikahan mereka dan memberi cucu yang banyak untukku.”

“Appa…” ada sedikit ketidaksetujuan dari nada bicara Yoonan, apalagi ketika ia melihat raut malu di wajah Tiffany dan kesedihan di wajah Soojung ketika mendengar ucapan ayahnya itu.

“What? Sooner or later kau akan segera mempersunting Tiffany kan? Kecuali.. kau mempunyai calon lain. Bukan begitu Soojung-shi?” ucapan Jongsuk membuat ketiga orang di dekatnya terdiam dengan beragam ekspresi yang mereka tunjukan. Dari mulai Yoonan yang terlihat terkejut, Tiffany yang terlihat bingung serta Soojung yang terlihat masih sendu dalam senyuman kecilnya.

.

.

.

“Kalian benar-benar serasi” Soojung berkata pada Yoonan yang masih menikmati wine-nya di bagian lain restoran tempat mereka makan malam hari ini.

“Terimakasih. Apa kau juga sudah memiliki pasangan?”

“Heumh.. saat ini tidak.”

“Mengapa?”

“Entahlah. Aku hanya sedang malas berada dalam sebuah hubungan yang pada akhirnya melelahkan bagiku.”

“Maksudmu?”

“Aku.. belum menemukan pria yang bisa mencintaiku seperti…”

‘seperti kau mencintaiku, Oppa.’

“Seperti?”

“Seperti aku mencintai diriku sendiri.”

“Krys..”

“Aku belum menemukan pria yang bisa mencintai diriku sama seperti aku mencintai diriku sendiri. Aku belum bertemu dengan pria yang kau sarankan untukku ketika hubungan kita berakhir.”

 

“Sayang… aku tidak akan mengerti jika kau tidak mengatakannya. Don’t be a baby, Fany-ah. Say it loud and clear, please.” Jas itu Yoonan lepas dan segera dilemparkan ke kasur tempat tidur mereka.

“Yoong..” Dengan nanarnya Tiffany menatap pria yang kini sudah berdiri dibelakangnya, menatap dirinya lewat cermin yang membuatnya bisa melihat ekspresi kelelahan dari kekasihnya itu.

“Sayang.. maafkan aku. Aku hanya sedang lelah..” dengan lembutnya Yoonan berbicara dan menyentuh bahu sang kekasih yang masih polos tak terbalut apapun. Kedua mata mereka bertemu di cermin yang kini menjadi penghubung jendela jiwa mereka.

“Kau ingin aku mengatakannya dengan jelas? Baiklah. Kau tahu.. kau terlihat aneh sekali tadi. Pertama ketika kau bertemu dengan Jessica dan Siwon Oppa lalu Soojung. Saat bersama Soojung entah mengapa aku merasa kalian memiliki sesuatu yang begitu dalam.” Ada sedikit keterkejutan ketika Yoonan mendengar Tiffany mengungkapkan pemikirannya. Pegangan lembut Yoonan di bahunya menjadi sedikit melemah dan Tiffany bisa merasakannya.

“Sayang.. aku dan Soojung, kami baru bertemu hari ini. Bagaimana bisa aku dan dia…” Ada kebohongan yang jelas sekali terlihat dari wajah Yoonan dan Tiffany bisa merasakannya. Bukan sehari dua hari ia mengenal Yoonan. Apalagi mereka sudah sering melakukan kegiatan layaknya seorang suami istri yang membawa ikatan jiwa mereka menjadi lebih dalam.

“Yoong.. aku wanita. Intuisi dan perasaanku lebih tajam darimu. Aku bisa merasakan bahwa kau..” ujar Tiffany pada pria yang masih belum bisa menutupi emosinya dengan baik.

“Cukup Fany-ah. Kau lelah, aku juga lelah. Mari kita sudahi diskusi ini disini okay.” Yoonan tersenyum kecil sebelum mencium pipi kanan sang kekasih dan berjalan mengambil jas yang sudah ia lempar tadi.

“Tidak. Aku tidak mau!” Tiffany kembali bersuara, membuat Yoonan sontak menghentikan langkahnya.

“Fany.. kau serius?”

“Aku serius Yoong. Aku tidak akan berhenti di sini dan membiarkannya menjadi sesuatu yang akhirnya mengganggu pikiranku.”

“Maka solusinya simpel. Lupakan ini semua dan jangan pikirkan hal tidak penting ini lagi.”

“Yoong!” Tiffany segera membalikan direksi tubuhnya. Kini ia sudah berdiri dan berhadapan langsung dengan sang kekasih yang entah mengapa begitu menyebalkan saat ini.

“Hal ini sederhana, mengapa kita  harus membuatnya menjadi sulit, Sayang?”

“Tapi ini penting bagiku Yoong. Aku hanya butuh penjelasan darimu. Itu saja, cukup.” Tatapan itu begitu memohon pada Yoonan agar ia berkata jujur pada kekasihnya. Yoonan menutup kedua matanya sebelum menatap lagi kedua keindahan sang kekasih yang masih intens menatapnya.

“Dan aku sudah menjelaskannya tadi Fany-ah. Aku dan Soojung tidak ada hubungan apapun di masa lalu kami. Bukankah aku sudah membuatnya jelas?” tegas Yoonan yang mulai terbawa emosi dalam percakapan ini.

“Tapi semua yang kau lakukan di jamuan makan malam tadi… itu tidak seperti yang kau ucapkan. Itu tidak sesimpel seperti yang telah kau katakan.” Sanggah Tiffany yang segera membuat ekspresi wajah pria yang kini

“Lalu kau ingin aku seperti apa Nona Hwang?!” ucap Yoonan dengan nada yang sedikit meninggi.

“Yoong.. kau membentakku?” tatapan yang Tiffany berikan pada Yoonan saat ini, itu begitu menyakitkan. Untuk sesaat keduanya terbawa dalam hening yang mulai menemani mereka. Yoonan seperti ingin mengatakan sesuatu tapi sulit untuk diutarakan sementara Tiffany masih dengan tatapannya yang menyakitkan.

“Fany-ah.. maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya..” dengan cepat Yoonan mendekati sang kekasih yang masih terdiam di tempatnya.

“Kau hanya lelah.. begitu kan? Apa kau juga lelah denganku?” langkah Yoonan terhenti seketika. Ia tak menyangka Tiffany akan berkata seperti itu padanya.

“Sayang.. aku berkata lelah, itu benar. Tapi tidak denganmu. Bagaimana aku bisa lelah dengan sumber dari kebahagianku? Aku mencintaimu. Bagaimana aku bisa lelah bersamamu?”

“Benarkah? Tapi semua perkataan dan ekspresi yang  kau tunjukan malah mengatakan hal yang sebaliknya?” Mendengar pertanyaan itu Yoonan malah terdiam. Pria yang masih terlihat begitu tampan meskipun wajahnya terlihat lelah itu hanya menatapnya begitu dalam di bersama dengan kesunyian dan hembusan angin malam dari jendela kamar mereka.

“Apa kau yakin?” cukup lama keduanya terdiam dengan berbagai emosi yang ada di hati dan pikiran mereka sebelum akhirnya Yoonan berbicara.

“Tentu aku yakin. Apa maksudm…heumpphh..” kata itu tidak pernah berlanjut karena kini Yoonan sudah melumat bibir Tiffany yang terkejut dan berusaha untuk menolaknya. Namun dekapan pria yang terkadang masih menjadi misteri baginya itu terlalu kuat sehingga akhirnya ia terjatuh juga kedalam kenikmatan yang Yoonan berikan dalam setiap ciuman, cumbuan dan bentuk intimasi lainnya yang membuat Tiffany mendadak melupakan semua argument mereka tadi.

.

.

.

“Sayang, apa aku terlalu kasar tadi?” Yoonan bertanya pada sang kekasih yang masih berbaring dalam dekapannya di kasur mereka yang kini sudah tak berbentuk karena aktivitas mereka tadi. Ada rasa sesal diselipi bangga dan bahagia ketika ia melihat tanda-tanda yang sudah ia buat di tubuh kekasihnya selama mereka bercinta tadi, meluapkan rasa frustasi dibalut hasrat yang pada akhirnya membawa kenikmatan bagi keduanya.

“Tidak. Tadi hanya cukup menguras tenaga dan suaraku.” Ucap Tiffany dengan suara seraknya. Ia tersenyum merasakan prianya itu mengecup puncak kepalanya ringan.

“Ahh.. hahaha. Benarkah? Ingin aku melakukannya lagi?” dengan nada jahil dan menggodanya Yoong berkomentar yang segera mendapat gelengan dari wanita yang masih ia dekap begitu hangat tanpa ada sehelai kain apapun yang memisahkan tubuh mereka.

“Okay.. okay baiklah. Tidurlah jika kau lelah. Aku masih ingin seperti ini.” Yoonan masih mengecupi puncak kepala sang kekasih yang malah melepaskan diri  darinya dan kini duduk berhadapan dengannya.

“Yoongie.. aku ingin kau menjawabnya dengan sejujur mungkin pertanyaan yang akan kuajukan padamu ini. Janji?” kedua mata mereka bertemu. Kedua pipi kekasihnya itu Tiffany bawa dalam genggamannya ketika tatapan mata sang kekasih akan menghindari darinya. Bibir itu mulai ia kecup dan cium sehingga berubah menjadi sebuah cumbuan yang cukup menguras nafas keduanya.

Sepertinya trik Tiffany tadi berhasil. Yoonan masih menatap kedua matanya dengan ketakutan yang tergambar jelas dengan jawaban apapun yang akan diberikan padanya. Mengerti dengan hal itu, Tiffany membawa kedua tangan kekasihnya itu dalam genggamannya dan memberikan senyuman yang entah kenapa dapat menenangkan Yoonan dalam seketika, membuat keberanian itu muncul karena ia percaya kekasihnya itu bisa menerima hal apapun yang akan diucapkannya sekarang. Perlahan Yoonan anggukan kepalanya menanggapi permintaan kekasihnya yang selalu berhasil membuatnya luluh.

“Good. Apa Soojung adalah mantan kekasihmu?” dengan cepat Tiffany ajukan pertanyaan itu. Yoonan terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawabnya.

“Iya. Dia adalah.. mantan kekasihku sewaktu aku masih tinggal di Cali. Maafkan aku Sayang. Aku berbohong padamu tadi. Itu semua kulakukan karena aku tidak ingin menyakiti perasaanmu.” Menyadari ekspresi wajah sang kekasih yang mulai berubah, Yoonan segera menggenggam kembali tangan Tiffany yang terlihat ingin terlepas darinya.

“Dan kau tetap berakhir menyakitiku dengan kebohonganmu, benar kan?” tatapan penuh luka itu membuat hati Yoonan sakit saat melihatnya. Dan ia tidak akan menyalahkan siapapun selain dirinya sendiri.

“Fany-ah.. Sayang, tolong maafkan aku. Aku tidak ada maksud apapun selain itu.” Ucapan itu terasa begitu jujur dan Tiffany bisa merasakannya.

“Baiklah. Kali ini aku akan memaafkanmu. Tapi dengan satu syarat?”

“Apa itu?” mata kijang yang kini penuhi dengan rasa bersalah itu masih terlihat terlalu indah bagi Tiffany sehingga ia butuh sedikit waktu untuk mengutarakan apa yang ingin diucapkannya.

“Jangan pernah berbohong lagi padaku tentang apapun dengan alasan apapun bahkan jika itu bertujuan untuk melindungi perasaanku. Lebih baik sakiti aku dengan sebuah kejujuran daripada menenangkanku dengan sebuah kebohongan.” Tegas Tiffany dengan suaranya yang entah mengapa terdengar begitu seksi bagi Yoonan.

“Terimakasih banyak Sayang, aku mengerti. Aku berjanji untuk selalu jujur padamu hari ini, besok dan seterusnya. Sama seperti cinta yang akan kuberikan padamu” selesai mengucapkan hal itu, Yoonan segera membawa bibir Tiffany untuk bertemu dengan miliknya, memulai lagi kegiatan yang tidak akan pernah membosankan baginya.

=== EARNED IT ===

“Eomma!!!” Irene berlari begitu semangat menghampiri wanita yang terlihat berusaha menunjukan antusias yang sama.

“Hai Sayang!” ucap Jessica yang kini sudah menerima pelukan yang mampu meremukan tubuhnya dari Irene.

“Eomma.. aku merindukanmu. Mengapa kau jarang menemui aku dan Appa akhir-akhir ini?” Jessica tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. Sesuatu seperti membawanya pada sesuatu yang kini menjadi sumber kebingungannya.

“Apa yang kau lakukan disini Tuan Jung?” jamuan makan malam itu kini telah selesai. Yoonan dan Tiffany telah pamit begitu juga dengan Siwon. Soojung masih berada di ruang yang Jongsuk sewa sementara Jessica dan Keenan kini berada di taman restoran yang cukup sepi sehingga orang-orang tidak mungkin mendengar percakapan ayah dan anak yang sudah cukup lama tidak bertemu atau bertegur sapa.

“Mengunjungi tanah airku dan memenuhi undangan Tuan Kwon. Apa yang kau lakukan disini, Nona Jung?”

“Aku diajak temanku untuk datang ke makan malam penuh kejutan ini. Mengapa kau membawa Soojung?”

“Mengapa tidak? Dia adalah putriku yang menurut dan berbakti padaku, tidak seperti seseorang yang kabur begitu saja untuk mengejar mimpi bodohnya.”

“Maafkan aku Tuan Jung, tapi mimpi bodoh itu pada akhirnya terwujud dan gadis itu bisa menikmati kebahagiaannya tanpa harus merasa terkekang oleh aturan keluarga yang menghambat kebebasannya berekspresi dan berkarya.”

“Mungkin gadis itu hanya sedang beruntung.”

“Hahaha kau lucu sekali Tuan Jung. Aku tidak tahu mengapa Mommy dulu bisa jatuh cinta pada pria sepertimu! Oh ya… kau belum menjawab pertanyaanku tentang Soojung. Apa yang sedang kau rencanakan? Kau tidak mungkin bersusah payah meninggalkan kerajaan bisnismu hanya untuk memenuhi undangan makan malam dari Tuan Kwon.”

“Ahahahaha.. syukurlah kau masih memiliki gen kritis dan cerdas dari keluarga Jung meskipun jika kulihat dari keseharianmu, kau terlihat begitu bodoh dengan semua foto dan caption di media sosialmu. Kau harus menghentikan kebiasaan memperkonyol diri di akun media sosialmu.”

“Yah!!! Kau belum menjawab pertanyaanku Daddy!”

“Oh…akhirnya kau mengingatku sebagai ayahmu? Terimakasih, aku terharu sekali Sayang meskipun aku masih belum melupakan kesalahan yang kau buat beberapa tahun lalu.”

“Daddy.. kau belum menjawab pertanyaanku. Mengapa Soojung ada disini?”

“Well.. itu…. RAHASIA.”

“Daddy!”

“Hahaha.. kau masih seperti dulu ternyata.”

“Dad.. jawab pertanyaanku SEKARANG JUGA!”

“Okay… baiklah, kau tidak usah membentak ayahmu seperti itu. Apa kata ibumu nanti, Jung Sooyeon?”

“Dad.. please…”

“Good girl. Baiklah aku akan menjelaskannya. Soojung datang kesini bersamaku untuk bertemu dengan calon suaminya.”

“Calon suami? Maksudmu? Oh God! Jangan bilang bahwa itu adalah…”

“Kau benar. Dia kesini untuk menemui Julian, calon suaminya dan Yoonan mantan kekasihnya.”

 

“Eomma?” panggilan itu membangunkan Jessica dari lamunannya.

“Ah.. ya Sayang?” ucap Jessica yang berusaha terlihat biasa.

“Mengapa kau diam dan bengong seperti itu? Appa sudah memanggil kita sejak tadi.” Irene berucap seraya menarik tangan ‘ibu’nya itu berjalan memasuki sebuah café bernuansa rumah jaman dulu yang tenang, nyaman dan membuat pengunjungnya betah berlama-lama disana.

“Ah aku hanya teringat sesuatu di rumahku.” Jessica berkilah dan Irene mempercayainya.

“Baiklah Eomma. Ayo kita temui Appa didalam. Dia pasti sudah lama menunggu.”

.

.

.

“Mengapa kalian lama sekali diluar?” tanya Taeyeon yang sibuk mengatur piring-piring makanan yang sudah tersaji di meja makan mereka.

“Tanyakan pada Eomma.” Irene tersenyum melirik Jessica sembari mengangkat bahunya

“Jessica?” kini malah Taeyeon yang bertanya pada wanita yang masih diam tak menjawabnya.

“Ya. Eomma tadi malah melamun ketika aku mengajaknya masuk Appa.”

“Benarkah? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu Jess?” Taeyeon bertanya dengan kekhawatiran yang tergambar jelas di wajah baby face-nya.

“Ahhh aku….” Pikiran Jessica tertuju pada sesuatu yang tak mungkin ia lupakan.

“Kau gila!”

“What? Apanya yang gila? Bukankah wajar bagi Soojung untuk menemui calon suami dan anggota keluarganya yang mana ternyata adalah mantan kekasihnya juga.”

“Apa sebenarnya yang terjadi?”

“Apa maksudmu?”

“Kau tidak mungkin melakukan ini semua jika tidak terjadi sesuatu dengan perusahaan kita.”

“Perusahaan keluarga Jung baik-baik saja, Sooyeon-ah.”

“Lalu apa masalahnnya Daddy? Meskipun kau bukan seorang ayah yang baik, tapi aku yakin kau tidak mungkin menjual kebebasan dan kebahagiaan putrimu hanya karena masalah sepele.”

“Kau masih ingat dengan Uncle Andrew?” Jessica terdiam cukup lama sebelum menganggukan kepalanya.

“Dia meminta kakekmu untuk menjadikannya ketua dari perusahaan konglomerat kita. Padahal seharusnya jabatan itu diduduki olehmu atau Soojung jika kau menolak. Kakekmu berpihak padaku hanya saja dia tahu betapa gilanya Andrew dan bagaimana pamanmu itu akan berontak jika kakekmu tidak mengabulkan permintaannya. Maka dari itu ia mengumpulkan semua anggota keluarga kita dan membuat sebuah ultimatum untukku. Isi ultimatum itu adalah aku harus menikahkanmu atau Soojung dengan salah satu dari anggota keluarga Kwon.”

“Jika seperti itu, mengapa kau tidak menjodohkan Soojung dengan Yoonan? Aku sekarang baru sadar bahwa mereka terlihat memiliki sesuatu di masa lalu yang jelas masih terasa bahkan hingga pertemuan mereka kemarin.”

“Hanya Julianlah yang memiliki darah asli keluarga Kwon. Yoonan, dia merupakan anak Jongsuk dari hubungan gelapnya. Selain itu kau juga tahu bahwa anggota keluarga Kwon tidak ada lagi yang single prianya. Rata-rata mereka sudah menikah dan mengelola kerajaan bisnis mereka dengan stabil.”

“Apa? Aku baru tahu bahwa masalahnya seperti itu.”

“Tadinya aku akan menjodohkanmu dengan Julian tapi aku tidak yakin kau mau menerimanya apalagi dengan kondisi komunikasi kita yang buruk sejak kau kabur.”

“Daddy..”

“Sayang aku tahu aku bukan ayah yang baik bagimu dan Soojung. Hanya saja aku tidak bisa melihat Andrew menghancurkan semua yang telah dibangun oleh leluhur kita sejak dulu dari nol bahkan hingga sesukses sekarang. Kau tahu, Andrew kemarin hampir saja tertangkap karena korupsi yang dilakukannya dan itu sempat membuat harga saham perusahaan kita menurun tajam di bursa efek.”

“Daddy.. aku mengerti dengan maksud baikmu. Hanya saja kau seharusnya memikirkan perasaan Soojung. Aku yakin dia masih mencintai adiknya Julian. Apa kau bisa membayangkan bagaimana canggungnya Soojung harus terus bertemu dengan pria yang masih ia sayangi tapi ia tidak bisa mengungkapkan hal itu karena dia sudah menjadi istri seseorang dan parahnya orang itu adalah kakak dari pria yang sepertinya masih sangat dicintainya.”

“Aku mengerti itu hanya saja aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Lagipula Soojung menyetujui ini semua.”

“Bisa saja kan dia terpaksa menyetujuinya? Daddy kau ingat pesan Mom? Dia ingin kita menjaga Soojung dan memastikan kebahagiannya. Kau tahu kan bagaimana Mommy sangat menyayangi Soojung? Bahkan aku sempat mengira bahwa aku adalah anak angkatnya karena Mommy terlihat lebih memperhatikan Soojung dibanding aku. Tapi pada akhirnya aku tahu Mommy melakukan itu karena untuk bisa melahirkan Soojung, banyak rintangan dan perjuangan yang Mommy lewati, bahkan ia hampir mengorbankan nyawanya.”

“Lalu apa yang harus aku lakukan Sooyeon-ah? Jika bukan Soojung siapa lagi? Apa kau mau menggantikannya?”

“Apa? Aku???”

“Lalu siapa lagi? Hanya kau atau Soojung yang disebutkan dalam ultimatum itu.”

“Aku.. aku…”

“Kau tidak mau kan?”

“Bukan seperti itu Dad. Hanya saja aku.. aku..”

‘Aku sudah menjadi calon istri Kim Taeyeon. Bagaimana aku bisa menikah dengan Julian?’

“Sudahlah. Biar saja Soojung yang..”

“Tunggu Dad! Biar aku berbicara dari hati ke hati tentang ini dengan Soojung. Jika dia memang setuju dengan hal ini dan ikhlas melepas kebahagiannya untuk ultimatum bodoh itu, maka aku akan mengizinkan mereka menikah. Tapi jika Soojung merasa terpaksa dan sebenarnya tidak mau melakukan ini semua maka biar aku yang mengambil posisinya untuk menikah dengan Julian.”

“Sooyeon-ah…”

“Jika aku tidak kabur, seharusnya aku kan yang dijodohkan dengan Julian? Aku tidak ingin Soojung menjadi korban keegoisanku Dad. Aku mungkin bukan putri yang baik bagimu atau kakak yang sempurna bagi Soojung. Banyak sekali kekuranganku Dad hanya saja aku merasa bertanggung jawab untuk memastikan kebahagiaan adikku. ”

 “Jess.. kau sedang sakit?”Jessica bisa merasakan genggaman lembut Taeyeon di tangan kanannya.

“Ah tidak. Kenapa memang?” melihat respon Jessica seperti itu, Taeyeon malah semakin khawatir.

“Appa.. suapi saja Eomma! Eomma pasti akan memakan semuanya dengan lahap jika kau menyuapinya dengan cinta.” Celoteh Irene yang mendapat tatapan tajam dari ‘ibu’nya.

“Yah Irene!” Jessica berteriak kecil dengan suara melengkingnya yang khas.

“Hahaha Eomma kau lucu sekali!” tawa Irene terdengar begitu merdu dan renyah sehingga Taeyeon juga ikut tertawa bersama putrinya itu.

“Sudah-sudah. Ayo kita lanjutkan makannya. Irene… berhenti menggoda Eommamu dan duduk. Lalu Jessica…” berhenti dari tawanya, Taeyeon mulai kembali berbicara dengan ketegasan didalamnya.

“Ya?” tanya Jessica dengan wajah imutnya yang cantik membuat siapapun pasti terpesona padanya.

“Biarkan aku mengabulkan permintaan Irene.” Taeyeon berucap dengan senyum manis dan lembutnya yang membuat siapapun tidak mempunyai hati untuk menolak permintaan pria baby face itu.

 “Kau tidak mau makan?” Taeyeon bertanya pada wanita yang masih terlihat sibuk mengerjakan sesuatu di komputernya.

“Mengapa? Apa makanannya tidak enak?” Taeyeon bertanya kembali pada wanita yang kini mulai menatapnya. Wanita itu menggelengkan kepalanya.

“Aku belum memakannya karena saat ini fokusku masih pada ini.” Tiffany menunjuk slide presentasi yang sedang dibuatnya.

“Kenapa? Bukankah itu sebentar lagi akan selesai?”

“Tae.. kau tahu kan bahwa presentasi yang kemarin kuberikan padamu, itu banyak bagian yang harus direvisi. Maka dari itu aku..”

“Okay okay aku mengerti. Kalau begitu lanjutkanlah pekerjaanmu, biar aku membantumu.”

“Maksudmu?”

“Kau mengerjakan presentasimu dan aku menyuapimu.”

“Tapi Tae…”

“Tidak ada tapi. Ayo pilih! Antara aku menyuapimu atau kau harus berhenti mengerjakan presentasimu dan fokus menyantap makan siangmu.”

“Heumh baiklah.” Taeyeon tertawa kecil melihat ekspresi menyerah yang diberikan Tiffany padanya.

“Ayo aaaaa..” ucap Taeyeon seperti pada Irene yang akhirnya membuat Tiffany tertawa kecil sebelum membuka mulutnya, menerima suapan dari sahabat sekaligus atasannya itu.

.

.

.

“Ini terlalu banyak, aku tidak sanggup lagi!” Tiffany masih menutup mulutnya rapat-rapat tak mau menerima suapan yang Taeyeon berikan padanya.

“Ayolah ini tinggal sedikit lagi.” Bujuk Taeyeon yang masih memegang sendok berisi makanan yang masih ada setengahnya.

“Aku sudah kenyang. Kau saja yang menghabiskannya Tae.”

“Apa kau yakin sudah kenyang? Aku masih memiliki churros favoritmu.”

“Churros??”

.

.

.

“Bukankah tadi kau sudah merasa kenyang, Fany-ah?” sindir Taeyeon pada wanita disampingnya yang masih lahap memakan makanan penutup kesukaaannya.

“Perutku masih memiliki ruang yang banyak untuk makanan penutup.”

“Waahh… aku seperti sedang makan bersama beruang yang belum makan sebulan.”

“Yah!!!!”

“Hahaha benarkan? Kau baru saja menghabiskan 4 churros dan 1 cup es krim.”

“Hei… dessert tidak mengenal ukuran.”

“Hahaha baiklah. Tapi setidaknya kau bisa memakannya dengan santai sehingga bibirmu tidak belepotan seperti sekarang.”

“Belepotan? Benarkah?” di sekeliling bibir Tiffany terdapat selai coklat dan sisa eskrim yang membuatnya terlihat begitu imut, seperti anak kecil yang begitu polos dan bodoh.

“Biar aku membantumu membersihkannya.” Ujung kanan bibir sahabatnya itu Taeyeon seka dengan jari kanannya. Tiffany terdiam menerima kelembutan jari pria yang selalu saja membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

“Kau cute sekali Fany-ah. I like it.” Dengan senyum nakalnya Taeyeon tertawa sebelum mengecup ujung kiri bibir Tiffany yang membeku menerimanya.

“Taeyeon-ah…”

“Kau benar. Dessert tidak mengenal ukuran dan aku masih memiliki ruang yang banyak untuk menikmatinya.” Ucapan itu ditutup dengan ciuman hangat yang mulai Taeyeon berikan pada wanita yang secara tidak sadar telah mencuri hatinya.

“Appa Coba lihat kesana! Bukankah itu Tiffany Eomma?” ucapan itu membuat Taeyeon terbangun dari nostalgianya dan mulai menolehkan pandangannya ke arah yang Irene tunjukan padanya.

“Wahh pria itu tampan juga, bukankah begitu Appa?” Kening Taeyeon mengerut ketika melihat Tiffany tersenyum begitu bahagia menerima bunga dari Yoonan. Pria yang masih sangat misterius baginya itu terlihat begitu menikmati kecupan di kedua tangan Tiffany yang ia berikan penuh dengan cinta.

Beberapa detik kemudian bibir Tiffany yang Yoonan kecup. Kecupan itu secara perlahan berubah menjadi ciuman. Jessica segera menutupi pandangan Irene dengan kedua tangannya ketika ciuman ringan itu berganti menjadi ciuman hangat yang begitu dalam dan menggairahkan, membuat siapapun akan kegerahan melihatnya.

“Taeyeon-shi..” Jessica yang mengetahui perasaan Taeyeon yang sebenarnya merasa khawatir dan kasian pada pria bermarga Kim itu. Andai saja kesalahan dalam proses lamaran itu tidak terjadi, mungkin Taeyeonlah pria yang sekarang duduk dihadapan Tiffany, memberikan kebahagian yang jelas sekali terpancar dari senyum bulan sabit Tiffany yang begitu indah dan khas.

.

.

.

“Yah Irene!” Jessica refleks berteriak melihat gadis kecil yang sudah ia anggap sebagai putrinya itu berlari menghampiri Tiffany dan Yoonan yang duduk tak cukup jauh.

“Tiffany Eomma!” percakapan apapun yang Tiffany lakukan dengan Yoonan terhenti ketika suara yang sangat familiar baginya memanggil.

“Irene?” Tiffany tolehkan pandanganya pada gadis cantik yang tersenyum begitu cerah padanya.

“Kau kesini dengan siapa Sayang?” Tiffany meminta Irene untuk duduk dipangkuannya dan gadis itu segera menurutinya.

“Dia siapa, Fany-ah?” tanya Yoonan masih dengan senyum tampannya yang khas, menawan dan karismatik.

“Aku adalah putri Kim Taeyeon, apa kau tidak mengetahui Appaku, Paman?” jawab Irene penuh percaya diri yang membuat Yoonan tertawa sembari menggeleng kepalanya menjawa pertanyaan yang Irene tujukan padanya.

“Irene!” tegas Taeyeon dalam panggilannya pada sang putri yang masih terjebak dalam pesona Yoonan.

“Taeyeon.. kau tidak usah berteriak seperti itu pada putrimu sendiri.” Tiffany kini ikut berdiri menghadap pria yang terlihat menghindari tatapan matanya.

“Maafkan kami. Tadi kami sedang makan siang dan Irene melihat kalian lalu dia berlari menghampirimu Tiffany-shi tanpa meminta izin pada Taeyeon. Maaf jika Irene mengganggu acara kalian.” Jessica mengatakan itu tanpa sedetikpun memberikan pandangannya pada Yoonan yang terkejut melihat keramahan dan sopan santun yang wanita sihir itu berikan padanya dan Tiffany, well Tiffany lebih tepatnya.

“Euhm.. mengapa kalian tak duduk disini bersama kami? Kita bisa makan bersama dan mungkin mengenal lebih jauh.. iya kan Irene?” Semua mata kini tertuju pada gadis kecil yang tersenyum lebar seraya mengangguk-anggukan kepalanya dalam riang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

THE AND 

.

.

.

.

.

.

.

Eternity Note:

Akhirnya setelah hampir 2 tahun gak nulis ff ini ya :p

Bagaimana…. Puas?

Saran nih buat locksmith, habis gelap terbitlah terang hahaha. Badai pasti berlalu ko.

Buat Yoonfany shippers..

Pray More, Worry less.

Untuk shippers lainnya…. Keep your (+) think about the story.

ps: it’s the and guys, not the end 🙂

 

10 thoughts on “   EARNED IT Chapter VI

  1. Berharap taeny sih, kalau aja taeyeon gk salah lamar mungkin fany gk akan ke yoong. Apalagi ingat mendiang istri nya taeyeon yg berharap fany bisa sama taeyeon.

    Liked by 1 person

  2. yoona selalu beruntug ya wkwkwkkwk. ini kalo yoona ga jadi sama fany masih bisa balik lagi sama krystal. gue lupa sih sebenernya ini cerita yang mana tapi pas mau akhir-akhir inget pas jessica n tae part. kasian dah sumpah jadi taeng jadi salah paham kan wkwkkwkw. ga bakalan end kan ya kan kwon julian aja belum nikah dianta dua jung itu. 2 tahun baru comeback thor lama ya ahahahha, tapi tak apalah dari pada berhenti selamanya yekan. kwon julian yuri bukan sih? kalo iya gue #teamkwonjulian sama #teamateng yang keduanya ga boleh disakitin ya thorrrrrr. yeeeyyyyyyyeyyeyyeyeyye 🙂

    Liked by 1 person

    • Kwon Julian is kwon Yuri?
      Well let see ha-ha-ha
      Yes it took some Times for me to write it sadly 😦
      But something happened and it trigger me to write about EARNED IT again hahaa
      Btw long time no see ya :p
      Udah lama ga baca di wp aku nih kamu
      Kemana aja? :((((((

      Like

Leave a comment