Gentleman Approach 1

“Hai bestie!”

“Tunggu, mengapa sabahatku terlihat stres sekali?” Buku yang sejak 4 hari lalu menjadi mimpi buruknya itu belum sempat Tiffany sentuh kini ia berikan pada sang sahabat, Sunny Lee.

Dengan tatapan yang heran, Sunny menerima buku itu. Dari tampilannya, buku itu terlihat begitu simpel dan klasik. Perlahan ia buka halaman pertama lalu membacanya. Beberapa detik kemudian alis kanannya naik yang selanjutnya diiringi dengan senyuman penuh dengan ketertarikan yang tergambar begitu jelas.

Tiffany mengamati ekspresi sahabatnya itu dengan seksama. Entah mengapa ia jadi penasaran setelah melihat Sunny yang begitu bersemangat membaca buku yang terasa seperti kutukan baginya. Buku itu belum Tiffany buka bukan karena ia tidak mau,tapi karena kesibukannya sebagai Manager Public Relation di sebuah hotel berbintang yang sudah membuka cabang di berbagai belahan dunia. Pekerjaannya tersebut menuntut waktu dan fokus yang luar biasa dari Tiffany.

Creator

Conceptor

Mediator

Problem Solver

Semua itu adalah kemampuan yang untungnya Tiffany miliki sehingga ia bisa menjalani pekerjaannya dengan nyaman meskipun tidak bohong, terkadang rasa lelah itu menghampiri. Pekerjaan wanita bermarga Hwang itu tidak hanya duduk di kantor mengerjakan tugasnya saja, tetapi ia harus aktif dalam berbagai kegiatan di luar ruangan kantornya yang nyaman karena pada dasarnya Tiffany berperan sebagai penghubung antara organisasi dengan masyarakat atau konsumen dan konsumen potensial perusahaan atau organisasi tempatnya bernaung yang selalu menuntutnya untuk bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan organisasi dan efisien dalam hal pengelolaan keuangan atau dana yang perusahaan sediakan sebagai modal kerja dan modal investasi.

“Woahhhh!” hanya kata itu yang terlontar setelah Sunny selesai  membaca beberapa halaman dari buku yang malah digenggamnya begitu erat layaknya kitab suci {lol}

“Mengapa kau seperti itu?” tanya Tiffany yang mencoba untuk menyembunyikan rasa penasarannya tapi gagal.

“Tiff.. bolehkah aku meminjamnya?”

“Untuk?”

“Aku ingin memindainya dan menyimpannya di notebook-ku.”

“Kau ingin memindainya?”

Yes! Kata-kata atau kalimat didalam buku ini bagus sekali. Oh ya.. apa kau mengenal penulisnya? Jika iya, aku ingin bertemu dengannya. Oh Tuhan, dia keren sekali!”

“Sunny.. kau yakin ini sekeren itu?” Rasa penasaran itu semakin besar tak kala Sunny membuka kembali beberapa halaman yang sangat menarik perhatiannya.

“Tentu Tiff! Kau tahu kan, aku sebenarnya paling malas membaca tulisan-tulisan non fiksi seperti ini. Ini adalah biografi singkat disertai dengan catatan harian  seorang pria yang ingin serius menjalani sebuah rumah tangga bersama wanita yang dicintainya. Tunggu, ini adalah CV! Oh Tuhan, mengapa CV-nya terasa nyaman sekali dibaca seperti sebuah fiksi?”

“Oh Sunny.. kau terlalu berlebihan sepertinya?”

“Aku? Berlebihan? Kau harus membacanya terlebih dulu sebelum berkata seperti itu padaku, Nona Hwang.”

“Nona Hwang heuh? Baiklah, biarkan aku membacanya terlebih dulu. Berikan padaku bukunya!”

How bossy you are, Tiffany Hwang!”

But you love it to the max, iya kan?” dengan cepat Sunny serahkan buku itu, diikuti dengan ekspresi wajah sebalnya pada Tiffany yang tertawa gemas pada sahabatnya.

Perlahan buku itu mulai Tiffany baca.

Hallo Nona Hwang 🙂

Saat kau membaca ini, maka kau sedang memikirkan proposalku untuk menjadi suamimu.

Dengan kau membaca ini saja, aku sudah merasa sedikit bahagia.

Terdengar berlebihan? Well.. aku akan rela kau berpikir seperti itu jika memang hal itu adalah sesuatu yang harus aku bayar demi sebuah kejujuran dalam menyatakan perasaanku padamu.

Baik, mohon  maafkan basa basi jujurku.

Namaku.. heumh.. karena ada kemungkinan kau belum menerima lamaranku, maka aku akan memperkenalkan diriku dengan identitas lainku.

Penasaran? Hahahha

Baiklah akan kumulai.

Nona Hwang, namaku adalah Osmar Hamilton Kim.

Setiap nama tentunya mempunyai doa dan harapan di dalamnya. Menjadi seorang pria luar biasa dan hebat yang memiliki sifat adil, bijak, dewasa, teguh dan cerdas seperti layaknya seorang bangsawan adalah semua doa serta harapan yang kedua orangtuaku panjatkan pada Tuhan dengan memberiku nama Osmar Hamilton Kim. Kau bisa memanggilku Os untuk singkatnya jika namaku terlalu panjang untuk dipanggil.

Stephanie, namamu juga begitu indah Nona Hwang dengan arti yang begitu luar biasa.

Sebuah untaian bunga indah yang pantas untuk dimahkotai.

Selalu memanfaatkan peluang dengan baik, cerdas, berwawasan luas, mandiri, penuh dengan gairah.

Kecantikan luarmu hanyalah bonus berharga yang akan didapatkan oleh pria yang akan menjadi pasangan hidupmu karena aku yakin kecantikan dalammu melebihi semua keindahan yang kecantikan luarmu miliki.

Bagaimana aku bisa ragu untuk menjadikanmu istriku, Nona Hwang?

Beritahu aku:)

 

“Wow.. bagaimana dia bisa mendeskripsikanku dengan tepat?” Gumam Tiffany dengan rasa heran sekaligus kekaguman yang perlahan mulai muncul dalam pikirannya. Ia terdiam setelah membaca apa yang tertulis di halaman pertama buku itu. Semuanya ditulis dengan tinta hitam dan tulisan pria yang dengan berani melamarnya ini… begitu bagus. Terlihat dari tulisan huruf sambungnya bahwa pria calon suaminya itu menyukai sesuatu yang berbau klasik.

“No.. dia masih kurang satu lagi.”

“Apa maksudmu?”

“Stephanie Hwang.. kau adalah wanita yang cerdas dan independen. Namun dengan kecerdasan logikamu yang terbilang tinggi, sejujurnya kau kurang pintar dalam menangani perasaanmu sendiri.”

“Jadi kau berkata bahwa aku smart but stupid at the same time? Right?”

Exactly! Kau cerdas sekali Nona Hwang”

“Yah!!!”

“Hahahaha… maafkan aku tapi itu jujur dan aku berkata sesuatu yang sesuai dengan fakta. Coba lihatlah dirimu. Usiamu sudah 26 tahun tapi kau masih berkelakuan seperti remaja senja. Di usiamu yang sudah terbilang dewasa seharusnya kau sudah serius dalam menjalani hubungan dengan seorang pria, Tiff.”

“Heumh.. benar sekali. Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau sama saja denganku?”

“Benarkah?” Sunny mulai mengeluarkan tabletnya, membuka galeri medianya dan memperlihatkan sebuah video yang membuat Tiffany terdiam seketika setelah selesai melihatnya.

“Lee Sunkyu.. kau..” Sunny tersenyum dengan kebanggaan sembari memperlihatkan cincin simpel minimalis yang kini menghiasi jari manisnya.

“Maafkan aku Tiff.. aku baru sempat memberitahumu sekarang.” Dengan senyum menyesalnya, Sunny berkata pada sahabatnya yang masih tercengang dengan berita bahagianya itu.

“Sunkyu, kau akan segera menikah? Dan kau baru memberitahuku sekarang? WOW!” sindir wanita bermarga Hwang itu penuh dengan sarkasme didalamnya.

“Kau berlebihan sekali Hwang Miyoung. Dan untuk menjawab pertanyaanmu… ya, aku akan segera menikah. Summer ingin kami menikah dalam waktu cepat ini agar aku bisa ikut dengannya ke Cambridge, melanjutkan penelitiannya bersama teman-temannya di Harvard. Oh ya, aku baru memberitahumu sekarang karena Summer baru saja melamarku kemarin malam.” Dibalik amarahnya, terlihat rasa bahagia yang tidak dapat Tiffany sembunyikan dan Sunny tahu itu. Well, sudah 13 tahun lebih dirinya berteman dan bersahabat dengan Tiffany yang bagi sebagian orang memang terkenal sempurna namun begitu sulit untuk diraih.

Sejak mereka sekolah dulu, Tiffany selalu menerima perlakuan yang tidak mengenakan karena banyak teman sekelas atau satu sekolah yang iri dengan apapun yang dimiliki Tiffany.

Mendapat perlakuan seperti itu tidak lantas membuat Tiffany diam dan diasingkan oleh semua orang. Di sekolahnya dulu Tiffany hanya memiliki  sedikit teman perempuan. Lebih banyak teman pria yang secara tidak langsung mendidik Tiffany untuk menjadi seorang gadis yang kuat dan tangguh meskipun keanggunan itu tetap melekat dan sudah menjadi sebuah ciri khas dari Tiffany Hwang.

Sedikit orang yang benar-benar mengetahui bagaimana kepribadian seorang Tiffany Hwang yang sebenarnya.

Tiffany adalah wanita yang cenderung introvert namun ia berhasil mengatasi beberapa kelemahannya tersebut dengan belajar menerima dirinya sendiri.

Orang-orang tidak akan percaya bahwa Tiffany adalah seorang introvert karena dari luar, dia terlihat seperti seorang extrovert yang menikmati berbagai aktivitas diluar yang sejujurnya sangat menguras enerjinya.

Tiffany selalu yakin bahwa menjadi seorang introvert tidak akan membatasi dirinya untuk tetap berkarya dan memberikan kontribusi yang berarti untuk kemajuan di lingkungan sekitar atau organisasi tempatnya berkarya.

Semua kelemahan yang dimilikinya bukan menjadi sesuatu hal menakutkan yang akan melemahkannya.

Kelemahan-kelemahannya itu selalu ia jadikan pengingat ketika ia mulai lupa diri dengan semua anugerah yang telah Tuhan berikan padanya.

Tiffany hanyalah seorang manusia biasa.

Terkadang ia bisa lupa bahwa semua apapun yang dimilikinya, atas izin Tuhanlah semua itu bisa ia peroleh.

Dengan izin Tuhan jugalah ia bisa bersahabat dengan Sunny, seseorang yang sejak dulu selalu mengerti dirinya.

Sunny adalah sahabat yang tidak akan pernah Tiffany lepaskan dalam hidupnya.

Kejujuran Sunny dalam mengemukakan pendapat apapun tentang dirinyalah yang membuat Tiffany terkadang berkonsultasi masalahnya.

“Kau tidak ingin menyelamatinya, Bestie?” sebuah suara kini terdengar. Sunny dan Tiffany segera menolehkan pandangan mereka pada sumber suara itu.

“Jessi?” mata Tiffany seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui kini berdiri dihadapannya dengan tampilan yang selalu chic, modis dan mempesona.

“Kau sudah memberitahunya, Bunny?”

“Yepss. Dan reaksinya sesuai seperti yang kau bayangkan, Nyonya Kwon.” Jawab Sunny yang tertawa seperti orang gila menjawab pertanyaan Jessica.

“Hahaha.. I know her like the back of my hand. Jadi cukup mudah untuk memprediksi reaksinya mendengar kabar mengejutkan itu darimu Nona Lee, upss maksudku Nyonya Choi.”

“Kau benar sekali Unnie..” satu wanita lagi kini juga ikut menghampiri Tiffany yang kembali terkejut melihat sahabatnya yang sudah cukup lama juga tidak bertegur sapa dengannya karena kesibukan keduanya.

“Hyunie?!!” Seohyun yang sudah berdiri dihadapan wanita yang sudah ia anggap sebagai kakak perempuannya itu hanya tersenyum menerima pelukan Tiffany yang segera bangkit begitu melihat kehadiran adiknya itu dan menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Seohyun.

“Aku merindukanmu. Mengapa kau begitu susah untuk dihubungi akhir-akhir ini?” Seohyun tertawa kecil mendengar rintihan kakaknya yang terdengar begitu konyol di telinganya entah mengapa untuk wanita sekeren dan secantik Tiffany.

“Maafkan aku Unnie.. akhir-akhir ini kegiatanku memang cukup padat di kedutaan.”

“Tentu, kau kan sebentar lagi akan menjadi minister counselor termuda di Korea Selatan, Seo Juhyun.” Komentar Jessica dengan senyum bangganya.

“Tunggu, minister counselor. Oh Tuhan, kau serius Jess?” kini giliran Sunny yang bertanya pada Jessica yang mengiyakan pertanyaan sahabatnya itu.

“Wah.. selamat Hyunie!!!” Sunny kini bergabung memeluk Seohyun yang tertawa bahagia menerima pelukan itu.

Group Hug time!!!!” Jessica juga tak mau ketinggalan. Ia ikut memeluk Seohyun dengan membawa ketiga tubuh sahabatnya itu dalam pelukannya.

.

.

.`. .`. .`. .`. .`. .`. .`. .`.

E   .`.   H

.`. .`. .`. .`. .`. .`. .`. .`.

.

.

“Jadi.. kau dijodohkan, begitu? So old fashion and classic, I love it.” Ucapan itu mendapat tatapan tajam yang Tiffany tujukan pada sahabatnya tersayang, Jessica Jung.

“Aku tidak dijodohkan ya, kau harus ingat itu Jess.” Tegas Tiffany untuk kesekian kalinya namun Jessica begitu senang menggodanya dengan hal yang baru saja ia ceritakan pada sahabat-sahabatnya itu.

“Tiffany Unnie benar, Jessica Unnie. Ini tidak bisa disebut sebagai sebuah perjodohan jika tidak ada paksaan bagi Tiffany Unnie untuk menerima lamaran pria bernama Osmar ini.” Seohyun ikut berbicara dengan gayanya yang bijak dan dewasa meskipun dirinya adalah yang paling muda dari segi usia dibanding sahabat-sahabatnya.

Seriously Jess, mengapa kau begitu terobsesi dengan sebuah perjodohan?” Sunny bertanya dalam candanya sementara itu yang ditanya malah tersenyum begitu lebar dengan kebahagiaan dan semangat yang terpancar didalamnya.

“Sensasi dan adrenalin didalamnya, itu begitu luar biasa dan sulit digambarkan dengan kata-kata. Kalian harus mencobanya sendiri.” Jawab Jessica masih dengan senyuman dan kebahagiaan seperti terjebak dalam mimpinya sendiri.

“Itu karena kau dijodohkan dengan Julian. Jika pria itu tidak sesempurna Julian, aku tidak yakin kau akan seperti… ini.” Kini giliran Tiffany yang mendapat tatapan tajam dingin membunuh khas Jessica yang membuat dirinya segera terdiam dengan bulu kuduknya yang segera merinding.

“Tiff.. jangan membangunkan HellSica, please.” Bisik Sunny yang berharap apa yang ia takutkan tidak terjadi.

“Jessica Unnie.. Tiffany Unnie hanya bercanda ko. Hahaha iya kan Tiffany Unnie?” Seohyun memberikan kode pada Tiffany yang sempat tidak mengerti namun segera menganggukan kepalanya begitu mengerti maksud adiknya itu.

“Baiklah.. aku akan memaafkannya. Tapi.. aku dan Hyunie harus tahu apa isi buku itu.”

Unnie.. aku tidak masalah jika..”

“Hyunie.. tadinya aku mengira tidak ada pria yang bisa mengolah kata-kata sebaik priamu tapi aku salah. Suamimu memiliki saingan baru sepertinya Nyonya Im.” Sunny memotong ucapan Seohyun yang menjadi penasaran dengan isi buku itu.

“Benarkah Unnie?” tanya Seohyun yang segera mendapat anggukan dari Sunny.

“So.. Stephanie Hwang?” melihat ekspresi Jessica dan Seohyun yang seperti itu, mau tidak mau Tiffany akhirnya menyerahkan buku itu pada kedua sahabatnya yang segera mengkonsumsi buku itu dengan sigap dan semangat untuk mengetahui pria yang melamar sahabat mereka.

                                                                                                                                                                                                                                                     .

.

.`. .`. .`. .`. .`. .`. .`. .`.

E   .`.   H

.`. .`. .`. .`. .`. .`. .`. .`.

.

.

Dear Stephanie Hwang,

Good Man are good to everybody

Nice Guy are nice to their target

Gentle Man are gentle to everyone

Gentleman will give the best of them to people they love

They are being the best of them to their woman only

I can be a good man, nice guy and gentle man  to everybody but being gentleman to everyone?

No. I can’t.

I can’t be a gentleman to every woman out there but you.

Stephanie, I want to be your Gentleman.

It’s not just a random talk or bulshit.

Let me prove it to you and God.

So please, accept my proposal and be my wife.

 

Love, Osmar Kim.

“Oh Tuhan aku tidak percaya ini!” Ekspresi wajah Jessica begitu sulit digambarkan setelah ia selesai membaca bagian terakhir dari buku yang sejak beberapa waktu tadi ia baca bersama Seohyun. Ada keterkejutan, kepuasan, kecemburuan dan kebahagiaan juga didalamnya membuat Tiffany sulit mengartikannya.

“Kau kenapa Jess?” Sunny bertanya pada Jessica dengan senyuman yang mengetahui mengapa sahabatnya itu bisa sehisteris itu.

“Sunny-ah, aku tidak mengerti kenapa Tiff ingin menolak pria sekelas Osmar ini!” ucap Jessica dengan gaya khasnya yang terkesan membentak meskipun sebenarnya tidak.

“Hahaha.. aku juga ingin menanyakan hal itu pada sahabat kita yang cerdas ini Jess.”

“Aku setuju dengan Sunny dan Jessica Unnie. Mengapa kau ingin sekali menolak pria sesempurna ini Tiffany Unnie? Bukan melebih-lebihkan ya, bahkan aku sendiri menganggap pria ini memiliki kualitas personality yang sama bagusnya seperti suamiku.”

“Kau tahu tentunya standar seorang Seo Juhyun, Tiff.” Timpal Jessica dengan wajah seriusnya membuat Tiffany terdiam tak bisa menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

“Unnie.. kau terlalu melebih-lebihkan. Standarku tidak setinggi itu.” Balas Seohyun dengan senyum polos dan merendahnya.

“Aku? Melebih-lebihkan? Apa kau yakin sedang berbicara denganku, Hyunie?” Jessica bertanya dengan nadanya yang masih tenang dan santai.

“Choi Siwon, Hyunbin, Kim Soohyun, Nam Joohyuk, Lee Dongwook, dan nama-nama lain yang tidak bisa kusebut. Aku yakin kau tahu bagaimana Hyunie menolak mereka semua dengan santainya.” Tiffany terdiam sebentar sebelum menganggukan kepalanya pelan menanggapi ucapan Jessica.

“Lalu apa Tiff?” Jessica kembali berbicara dalam tanyanya.

“Aku.. aku belum membaca buku itu jadi aku..” Tiffany mencoba menjawab sebelum Jessica kembali berbicara.

“Ini tentang ketakutanmu pada sebuah komitmen, bukan?” pertanyaan itu membuat Tiffany mengalihkan pandangannya pada Jessica yang tersenyum sayu padanya.

“Jess?” Sunny mencoba untuk menghentikan sahabatnya yang terkenal sebagai wanita yang blak-blakan tentang sesuatu.

“Sunny-ah.. trust dan commitment issue adalah masalah terbesar Tiffany yang selama ini selalu ia hindari, bukan diselesaikan. Dan hasilnya? Kita bisa lihat sendiri bagaimana petualangan cinta sahabat kita ini belum juga berakhir ke pelaminan.”

Unnie…” Seohyun berusaha menahan Jessica yang sepertinya sudah tidak tertahankan lagi.

“Aku sudah lama ingin mengatakan ini tapi aku menahannya karena selama ini aku mencoba untuk melindungi perasaaan dan egonya yang ternyata malah membuatnya semakin ‘bodoh’. Frankly speaking, jarang ada pria baik yang benar-benar ingin menjalin sebuah komitmen denganmu Tiff. Kalaupun ada, kau yang membuat mereka jauh darimu karena kau tidak percaya bahwa diluar sana masih ada pria baik yang mau menerimamu dengan semua kekurangan dan kelebihanmu.” Ucap Jessica tanpa ada ketakutan atau keraguan apapun didalamnya.

“Tidak semua pria sebrengsek ayahmu, Tiff. Lagipula sejahat dan sebrengsek apapun seorang manusia, aku yakin dia akan bertaubat dan berubah menjadi manusia yang lebih baik. Lihatlah sekarang ayahmu, dia sudah mencoba sebisa mungkin untuk menjadi kepala keluarga dan ayah yang baik untuk kalian.” Intonasi Jessica melembut.

“Ya.. dia baru berubah setelah Mommy meninggal.” Jawaban itu terdengar begitu datar bagi Jessica.

“Tiff..” Sunny mencoba untuk mendekati sahabatnya itu tapi Tiffany menolaknya.

“Dengar semuanya. Aku mengerti dengan maksud baik kalian. Aku tahu bahwa dari sudut pandang kalian dan keluargaku, Osmar adalah pria yang cocok menjadi suamiku. Tapi bagaimana dengan pendapatku pribadi? Tidak ada yang lebih tahu baik atau tidaknya sesuatu kecuali diriku sendiri karena nantinya.. aku yang akan menjalani pernikahan ini, bukan kalian.” Tegas Tiffany dengan kesedihan dan kekesalan yang berusaha ditutupinya.

Unnie kami hanya..”

“Seohyun-ah.. aku tahu kalian hanya mencoba untuk menunjukan kepedulian kalian padaku. Terimakasih banyak. Aku ucapkan terimakasih.” Seberusaha mungkin emosi itu tidak Tiffany tunjukan.

Selang beberapa detik, ponsel Tiffany berdering. Melihat nama panggilan di layar ponselnya, terlihat keraguan dari wajah cantik itu untuk mengangkatnya.

“Hallo, ya.. baiklah aku akan segera kesana.” Dengan helaan nafasnya, Tiffany terima panggilan itu.  Dia berjalan sedikit menjauh dari ketiga sahabatnya yang terlihat penasaran.

“Gray baru saja menelponku.” Mendengar nama itu entah kenapa seketika ekspresi wajah Sunny berubah. Terlihat kekesalan dari wajah Sunny yang membuat Jessica dan Seohyun bertanya-tanya.

‘Gray? Pria brengsek itu..’ Sunny berucap dalam hatinya.

“Maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa lama-lama lagi disini. Aku harus segera menemuinya. See you again and thanks besties. ” Tiffany mengakhiri ucapannya dengan senyuman khasnya yang terkesan dipaksakan. Senyuman yang begitu indah itu kini menjadi sesuatu yang menutupi luka. Senyuman itu menjadi topeng yang selalu berhasil Tiffany berikan pada siapapun yang mencoba untuk mengusik zona nyaman dalam hidupnya. Zona nyaman itu secara tidak sadar mencoba membunuh Tiffany secara perlahan.

==== Gentleman Approach ====

 

Jika kau penasaran dengan penampilan fisikku, maka aku akan menjelaskannya. Aku harap ini dapat membantumu untuk memutuskan apakah kau akan menerimaku atau tidak sebagai suamimu.

Tinggiku 184 cm. Berat badanku 56 kg. Aku harap itu cukup ideal bagimu.

Kulitku, putih tapi tidak terlalu putih. Kedua mata coklat keemasanku, orang berkata itu adalah salah satu asset terbaikku.

Banyak orang berkata bahwa kedua lesung pipiku begitu menggemaskan sehingga mereka ingin mencubitnya.

Dibilang tampan, ya tentu saja aku tampan karena aku adalah seorang pria. Tapi aku tidak tahu apakah ketampanan ini bisa membuatmu tertarik padaku.

Aku tidak sepenuhnya bergantung pada ketampananku untuk membuatmu jatuh cinta padaku, Tidak.

Aku malah berharap kau bisa mencintaiku karena Tuhan dan tentunya karena kepribadianku.

Karena ketampanan semata tidak akan membuatmu mencintaiku untuk selamanya sedangkan aku ingin kita saling mencintai untuk selamanya.

Bermain basket, berlari dan bermain tennis adalah salah satu hobiku.

Memotret dan membuat sketsa adalah hal lain yang bisa kusalurkan sebagai pelarianku dari kesibukan sehari-hari.

Food! I love them.

Mungkin karena hal itu juga aku memutuskan untuk mengikuti kursus memasak dan membangun beberapa restoran yang bisa memuaskan serta memberikan kebahagiaan bagi pengunjung yang menikmati makanan di restoranku.

Ayahku adalah pria berkewarganegaraan Inggris sedangkan ibuku asli Korea.

Sejak kecil aku tinggal di London namun dibangku sekolah menengah aku pindah ke Seoul karena Eomma ingin aku lebih mengenal tanah kelahirannya.

Tidak ada kesulitan bagiku ketika mulai tinggal di Korea karena sejak kecil Eomma selalu mengajarkan berbagai adat dan kebudayaan Korea padaku mulai dari bahasa, cara berbicara dengan yang lebih tua serta hal lainnya.

Dari sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas aku tinggal di Seoul. Ketika kuliahlah aku harus kembali meninggalkan Korea karena… terimakasih Tuhan, keinginanku untuk menimba ilmu di universitas impianku terkabul.

Di Columbia University-lah pendidikan arsitektur kutempuh selama beberapa tahun. Dengan doa kedua orangtua dan orang-orang yang menyayangiku, proses kuliahku berlangsung dengan lancar dan aku dapat lulus dalam waktu yang sudah kutargetkan.

Bagaimana kehidupanku selama disana? Bisa dibilang itu adalah salah satu pengalaman berharga karena aku juga bisa mempelajari kebudayaan baru dimana hal positivenya bisa kuambil dan negatifnya kubuang.

Meskipun kedua orangtuaku mampu membiayai biaya kuliah dan hidupku selama disana, mereka tidak pernah memanjakanku dan aku bersyukur akan hal itu.

Mengapa?  Karena dengan sikap mereka yang seperti itu secara tidak langsung melatih aku untuk menjadi pribadi yang tidak bergantung kepada orang lain selain diriku sendiri dan tentunya Tuhan.

Aku menjalani kegiatan kuliahku seperti biasa meskipun di waktu kosong aku mengisinya dengan kerja paruh waktu. Well bayarannya memang tidak sebesar sekarang namun ilmu dan pengalamannya sangat berguna sekali.

Lulus dengan hasil yang sesuai dengan harapanku, beberapa perusahaan kontraktor di Amerika tertarik untuk merekrutku sebagai pegawai mereka. Di BECHTEL-lah akhirnya aku berlabuh. Selama 5 tahun aku bekerja disana sebelum akhirnya aku mengambil salah satu keputusan besar dalam hidupku yaitu dengan resign dan mulai mengeksekusi mimpi lainku di Korea.

Mimpiku adalah bisa mendirikan, mengelola, mengembangkan dan membuat perusahaan konstruksiku sendiri di tanah kelahiran ibuku.

Dan aku bersyukur kepada Tuhan karena dengan perjuangan, usaha serta doa.. mimpi itu secara perlahan terwujud.

Namun ada mimpi lain yang masih belum tercapai dan aku harap bisa segera terlaksana jika memang Tuhan mengizinkan.

Kau ingin tahu apa?

Hahaha… sepertinya tidak.

Tapi tidak apa-apa. Aku akan memberitahumu karena memang kau harus tahu tentang hal ini.

Salah satu mimpi besarku yang masih belum tercapai adalah… menjadi sahabatmu, kekasihmu, teman hidupmu, suamimu, ayah dari anak-anak kita.

Apakah ini terdengar tidak realistis dan terlalu mengada-ada bagimu?

Aku harap tidak karena aku adalah pria yang serius jika itu berhubungan dengan mimpi-mimpiku. No, aku berharap mimpiku bisa menjadi mimpi kita, tentunya akan kupadukan dengan mimpimu.

Aku sangat berharap kau mempertimbangkan lamaranku untuk menjadi teman hidupmu, Nona Hwang.

 

“Dia serius? So cheesy… sungguh sulit untuk dipercaya. Tapi pengalaman hidupnya keren juga. BECHTEL, aku yakin dia bukan seorang arsitek amatiran jika bisa bekerja disana.” Tiffany berdialog dengan dirinya sendiri. Sudah sekitar 1 jam ia menghabiskan waktunya membaca buku keramat yang membuatnya hampir saja bertengkar dengan keluarga dan sahabatnya.

Tadi, setelah selesai menuntaskan kencannya dengan Gray -pria yang sudah beberapa bulan ini menjadi ‘teman’-nya dalam bersenang-senang- Tiffany mulai membaca buku yang bisa membuat hidupnya berubah dalam seketika jika ia menyetujui keinginan pria aneh bernama Osmar itu untuk menjadi istrinya. Dan disinilah Tiffany sekarang, berbaring di sofa kesayanganya membaca buku dari Osmar dengan coklat panas yang setia menemaninya di malam hari yang dingin ini.

Visi dan Misi Hidupku

Visi

  1. Planning, organizing, actuating, leading and controlling the real happiness in the world and here after for me, Osmar Hamilton Kim. And That happiness is you and our future. You and me, together, we’re gonna be a happy family.
  2. Menjadi seorang pria yang konsisten membangun sebuah keluarga bersama seorang wanita luar biasa bernama Stephanie Hwang.
  3. Mendapatkan, mengelola dan mempertahankan kebahagiaan di dunia maupun nantinya di akhirat bersama wanita bernama Stephanie Hwang.

Misi

  1. Menikahimu
  2. Menjadi temanmu dulu. Lalu berlanjut sahabat yang pada akhirnya membuatmu jatuh cinta setengah mati padaku, menjadi kekasihmu yang membuatmu tidak pernah ingin kehilanganku.
  3. Membuatmu jatuh cinta setiap hari padaku.
  4. Mencintaimu dalam kondisi apapun.
  5. Membuat perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang tentang hidup kita kedepannya akan seperti apa yang sudah kususun dalam program yang bernama Garis Besar Haluan Berkeluarga (GBHB).
  6. Melaksanakan dan mengevaluasi GBHB bersamamu setiap harinya untuk memperoleh hasil yang maksimal, yaitu kebahagiaan yang tiada batas.
  7. Membangun dan mempertahankan cinta yang sudah kita bangun.
  8. Mencintaimu hingga Tuhan akhirnya memutuskan untuk menjemput salah satu dari kita.

Aku ingin menjelaskan padamu tentang GBHB.

GBHB ini adalah sebuah makalah yang kususun sendiri setelah beberapa kali konsultasi dengan beberapa sahabatku yang merupakan konsultan pernikahan dan keluarga.

GBHB ini berisi langkah-langkah panduan berkeluarga dan mendidik anak-anak kita kelak. Aku sudah merencanakan dimana kita akan tinggal nanti setelah menikah, kapan kita berencana untuk memulai program memperoleh malaikat-malaikat kehidupan kita.

Oh ya.. dalam GBHB juga ada langkah-langkah untuk memastikan apakah kehamilanmu sehat atau tidak, nama untuk anak-anak kita nanti, sasaran jangka pendek selama 6 tahun awal usia anak-anak kita, asupan gizi dan kegiatan apa yang harus diperkenalkan kepada anak-anak kita nanti.

GBHB bukan hanya berisi bagaimana kita akan membangun keluarga kita nanti namun bagaimana aku akan selalu mencintaimu dan membuatmu jatuh cinta padaku.

Semua tulisan diatas terdengar bodoh kan? Tapi percayalah jika kau menjadi istriku, semua itu akan aku coba untuk wujudkan bersamamu, hanya bersamamu Tiffany Hwang.

“Oh Tuhan! Omong kosong macam apa ini” lembaran yang baru saja dibaca kini Tiffany tutup. Entah mengapa jantungnya berdetak tak karuan seperti ini setelah membaca visi dan misi yang terkesan seperti sebuah bualan besar baginya.

“Apa dia sudah gila? Mengapa membuat visi dan misi seperti itu? Sungguh aneh tapi semua visi dan misi itu begitu… keren dan jenius.” Kata-kata terakhir dari kalimatnya tadi terdengar begitu pelan bagaikan sebuah bisikan yang hanya bisa didengar oleh Tiffany sendiri.

Kau pasti aneh kenapa aku bisa begitu berani melamarmu padahal kau tidak mengenalku sama sekali kan?

Heumh.. sepertinya kau salah Nona Hwang 🙂

Kita pernah beberapa kali bertemu meskipun aku yakin kau pasti sudah lupa denganku tapi sayangnya, aku tidak pernah bisa melupakanmu. Dan aku tidak pernah menyesali hal itu, Stephanie Hwang.

“Tunggu!  Dia.. pernah bertemu denganku? Jangan bilang bahwa dia… Oh God!” Pandangan itu Tiffany putarkan, mencoba mengingat lagi sesuatu yang mungkin bisa membantunya mengingat pria gila yang anehnya terlihat begitu romantis, bertanggungjawab dan jenius.

.

.

.

.

.

.

So.. Who’s that Gentleman?

such cute guy right?

so honest and romantic hahahaha

want to know more about that gentleman?

Let’s find out about him 🙂

.

.

.

 .

.

.

.

THE AND

.

.

.

.

.

.

Eternity Note:

Hai Pembaca setia dan Penikmat abadi serta semuanya!

Liburan sudah selesai dan harus beraktivitas lagi seperti biasa ya 🙂 *sighed*

Sekarang agak panjanganlah ya lumayan updatenya ga sependek kemarin hahaha.

Sejujurnya aku mikir keras pas bikin visi dan misi itu :p

Well visi dan misi itu ga googling ko

murni dari pemikiranku sendiri hahaha jadi visi dan misi ini bisa dibilang surat terbukaku buat si mas yg keberadaannya masih Tuhan sembunyikan dan doi masih sibuk membahagiakan jodoh orang and vice versa dengan aku wkwkwk

Oh ya untuk masalah GBHB, aku kutip dari salah satu artikel punya mommiesdaily.com yang membahas tentang bagaimana Henk Uno, papahnya Sandiaga Uno mendidik anak-anaknya.

Keren kan?

Aku jadi mikir bahwa ternyata karakter utama cowo di ff ini bukan cuma imajinasi semata hahaha.

Soalnya awalnya bikin cerita ini hanya untuk lucu-lucuan aja sih pas nyeritain ttg lamaran si cowo yg begitu serius dan terencana.

Tapi ternyata Tuhan berkata lain dengan menunjukan sama aku artikel itu.

Seseorang pernah berkata sama aku untuk lossen up a bit dan belajar menerima diri aku yang sebenarnya seperti apa.

TBH i’m still struggling to handle my sensitivity, trust and commitment issue. It’s hard for me to trust everyone who love me especially a man. Sad but true. I hope i can overcame and settle my issues so i can live happily with my other significant soon hehehehe.

Aamiiinin dong! wkwkwkwk

Dan ya.. aku sedang mencoba untuk melakukan hal itu.

Ini adalah ungkapan khas dia dan aku juga akan bilang kalau aku berterimakasih bgt sama beliau.

TY so much 🙂

Yang sering baca ceritanya pasti tau deh doi siapa hahaha.

ps: dia salah satu author taeny yg masih aku ikutin ceritanya *cmwif*

Dan F.. thanks a lot juga karna km selalu mengerti aku.

btw aku jadi loh pake kata-katamu yg kmrin saat kita diskusi ttg gentleman.

Kamu selalu sukses membaca aku sampai kadang aku was was hahahha.

Oh ya pembaca lain juga yang sudah aku anggap sebagai teman, terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Maafin ya kalau ada kata atau apapun dari aku yg mungkin menyakiti kalian.

Least but i hope not the last time i said it to all of you…

Sehat terus ya aku..

Sehat terus ya kalian!

God Bless You

May Allah always mercy us 🙂

ps: buat yg pernah liat aku dan penasaran penampakanku seperti apa, anggap aja aku secantik  gambar dibawah ini.

 

41 thoughts on “Gentleman Approach 1

  1. Berlebihan kah kata katanya mungki. Iya, tapi mungkin juga engga. Terkadang saat menulis gue rasa kebanyakan orang akan seperti itu apalagi terhadap pasangan yng pingin dia nikahin. Bagus sih ff nya, alurnya juga ga terlalu lambat n ga terlalu cepet masih permulaan soalnya ya thor kekekeke. Aamin semoga sehat selalu dah kita semua. Edisi ramadhan barokah

    Like

  2. hay author pembaca baru
    wooww ffnya keren lanjutin thor updatenya pleaseee hehehe
    romantis banget kalau ada yg kayak gt ya
    ngomong” gray itu teman bersenang” gmna ni maksudnya bukan dalam hal tidur meniduri kan mudah”an bukan hahaha

    Like

  3. Amin thor,
    Wahh author mirip banget sama tiffany. 😂😂
    I don’t know what to comment? This is really good story. 👍 trust me 😂
    Keep spirit author.

    Like

  4. One word; unique.
    Hello reader baru here, ceritanya menarik thor.. Dan siapapun gentlemen itu, berharap kalau dia itu si KTY. And if it is true, pretty pls keep the real name? Somehow it is felt weird when the name changed. Buth then again, your story, your decision ^^..
    Semangat lanjutin next chapnya

    Like

  5. bagus banget ceritanya😍 aku menghayati sekali, apalagi buku diary si mas osman>..<
    wanh kalau authornim jadi cowo, banyak yang bakal klepek2 nih sama authornim, bisa banget buat hati meleleh(?)😂

    Like

  6. aku nyampe kesini gara2 L&O, penasaran apa sih “gentleman approach” itu, eh pas baca bagus banget ceritanya😍 aku menghayati sekali. apalagi buku diary si mas osman>..<
    wanh kalau authornim jadi cowo, banyak yang bakal klepek2 nih sama authornim, bisa banget buat hati meleleh(?)😂

    Like

  7. Ige mwoyaaa ? Berasa baca novel langka yang ampun yang ampun 😢😢😢
    I want to him too , mau juga sih dilamar pake cv proposal begitu berasa ada manis2nya gitu melted gue mah ah 😍😍😍😍😍😍

    Like

  8. hallo thor,gue baru baca ceritanya seriuosly gue gatau mau ngomen apa bagus bgt 👏👏👏 ditunggu ua lanjutannya thor!! semangatt!!

    Like

Leave a comment